• Selamat menjalankan ibadah puasa

    Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

  • Sebarkan senyum dan sapa selalu di setiap kesempatan

    Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

  • Jangan lupa juga rawat toleransi atas keberagaman

    Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

  • Insya Allah berkah

    Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

  • Untuk menggapai yang fitri (suci) di hari yang fitri

    Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Showing posts with label Opini. Show all posts
Showing posts with label Opini. Show all posts

Saturday 26 May 2018

Problem Islam Kini


Maka itulah sebabnya diajarkan dalam perkuliahan Studi Islam, misal, metode integrasi-interkoneksi atau jaring laba-laba ala Prof. Amin Abdullah dalam maksud mendorong produksi-produksi makna atas doktrin Islam lahir dari pengkajian yang detail dan mendalam.

Bukan asal sekadar modal arti satu ayat lalu disunggi benar dan mutlak ke mana-mana, dikampanyekan sedemikian instan, sekdarnya, dan tendensiusnya. Dari model tafsir beginianlah lahir vonis penyesatan, penyalahan, dan takfir kepada orang lain. Misal, dengan sejjadar bermodal ayat "siapa yang tidak menegakkan hukum dengan hukum Allah, maka mereka tergolong kaum kafir".

Tiadanya pendekatan komprehensif pada ayat tersebut, misal melibatkan pendekatan sejarah, sosiologis, hingga psikososial dan bahkan simbolisme ataupun kritik bashasa alalangue dan parole atau penanda dan petanda umpama, menjadikan ayat tersebut berwajah hitam putih. Yang tidak hukum rajam, kafir. Yang tidak memotong tangan pencuri, kafir. Yang tidak bersikap dan bertindak keras kepada non muslim melanggar asyidda' 'alal kuffar, maka kafir.

Tradisi dan Hal-Hal Unik yang Muncul ketika Bulan Romadhon
Benarkah Islam Mengajarkan Kebencian dan Teror?
Teroris Tidak Beragama?

Dan banyak banget lagi bukti-bukti nyata di sekitar kita kini akan betapa vitalnya kebutuhan pengkajian komprehensif pada sumber-sumber utama hukum Islam, al-Qur'an dan sunnah, agar wajah Islam kita bisa bersahaja, dinamis sesuai tumbuh kembangnya realitas hidup umatnya sendiri, yang dengan postur demikianlah apa yang disebut Islam rahmatan lil 'alamin bisa sepenuhnya tegak.

www.dream.co.id

Sayangnya, karena ideal demikian masih terkalahkan oleh penguasa-penguasa panggung khutbah yang reaktif, instan, artifisial, dan tidak komprehensif berbasis kompetensi keilmuan yang ilmiah akademis, utamanya di medsos, jadilah wacana keislaman yang diserap khalayak umum dan awam Islam adalah apa-apa yang dinarasikan mereka. Orang-orang lalu tersugesti untuk waktu demi waktu menerima dan meyakini wacana stagnan, keras, kaku, dan intoleran itu sebagai wajah Islam yang benar yang sesuai al-Qur'an dan sunnah Rasul saw.

Hijrah, misal. Jelas dalam al-Qur'an ada ayat hijrah yang mendorong pada peningkatan kesalehan ubudiyah. Tapi, kesalehan sosial pun tak bisa dipisahkan.

Ekspresi hijrah di medsos kini rata-rata berkutat pada semata soal simbol-simbol lahiriah keimanan dan ketakwaan. Mulai dari jubah, jenggot, dahi menghitam, jilbab lebar, juga burqa dan niqab. Saya nyatakan agar tak salah maksud: semua simbol dan lebal lahiriah itu benar saja. Tak salah. Saya menerima dan menghormatinya. Fyi, saya pun punya cukup banyal jubah dan kerap mengenakannya.

Namun, keprihatinan dalam eksresi hijrah ialah cenderungnya sekadar berhenti pada label-label lahiriah demikian. Tidak beranjak ke jenjang rohani. Artinya, soal kostum sangatlah artifisial dan pilihan. Boleh diambil atau tidak, senyampang sudah etik dan menutup aurat sebagaimana diterakan dalam al-Qur'an. Adapun yanf jauh lebih fundamental ialah hikrah rohani, yakni (1) diri makin dekat dan dalam makna pada ibadah-ibadah spiritual, dan (2) ekspresi sosial makin baik kepada semua orang tanpa kecuali sebagai lelampah akhlakul karimah.

www.dubaitaly.com

Begitu. Mengapa sejumlah pelaku hijrah malah begitu sibuknya dengan perkara kostum sembari gemar sekali menghina orang lain yang tidak berkostum sepertinya? Bagaimana logisnya sikap-sikap nirakhlak demikian atawa asosial itu dijusfitikasi sebagai ekspresi dakwah amar makruf nahi munkar padahal prinsip ajaran dakwah dalam al-Qur'an adalah dengan cinta, nasihat yang baik, dan paling jauh adalah berargumentasi dengan argumen yang ahsan? Sama sekali tidak ada ajaran keras, kasar, menghina, menghujat, menyesatkan, apalagi mengkafirkan.

Ini problem wacana keislaman kita kini yang sangat nyata di sekitar kita, utamanya di sosmed, dan wacama itulah yang ditelan oleh sebagian besar saudara-saudara muslim kita sendiri, diyakininya sebagai kebenaran mutlak, karenanya tunggal, lalu sempurnalah ia jadi fanatikan dan kasaran. Tepat pada kondisi memprihatinkan beginilah, para akademisi, cendekiawan, dan pemuka Islam yang mumpuni haruslah mengambil peran intensif untuk menenarkan wajah Islam yang lebih sejuk.

Hanya memang ada pr besar di internal muslim pintar dan muda itu pada umumnya, yakni cenderung kendurnya kepatuhan syariat dan ritualnya, sehingga di mata awam ungkapan-ungkapannya tidaklah memukau untuk didengarkan, apalagi diikuti.

Maka saat Ramadhan begini berpuasalah, tarawihlah, iktikaflah. Ndak usah diteoriin lagi. :)

Edi Mulyono, penulis adalah CEO dari Diva Press, kafe Basa-Basi, Basa-Basi.co dan Nyontong.com


Sumber gambar sampul: www.vidio.com
Share:

Monday 14 May 2018

Benarkah Islam Mengajarkan Kebencian dan Teror?


Saya rasa umat Islam harus berhenti berpura-pura bahwa berbagai aksi teror yang terjadi Indonesia dan banyak negara lain (seperti ISIS) tidak terkait dengan Islam.

Buat saya, sikap semacam itu salah. Buat saya, terorisme itu jelas terkait dengan Islam. Saya tidak ingin mengatakan Islam mendorong terorisme.

Tapi rasanya umat Islam harus mengakui bahwa ada banyak ayat dalam Al Quran yang kalau ditafsirkan secara sempit akan mendorong peperangan dan, bisa jadi, terorisme.

Baca juga:
Teroris Tidak Beragama?
Problem Umat Islam Indonesia
Bagi Kamu yang Pengen Cepet Kaya, Ada Baiknya Baca Tips-Tips Cepat Kaya Ini!

Saya kutip sebagian ayat-ayat Al Quran:

“Dan bunuhlah mereka (orang-orang kafir) dimana saja kamu jumpai mereka . . .” (QS Al-Baqarah 191)

“Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menetang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka. . . (QS Al Mujadilah 22)

“Apabila kamu bertemu (di medan perang) dengan orang-orang kafir maka pancunglah batang leher mereka” (QS Muhammad 4)

“Mereka ingin supaya kamu menjadi kafir sebagaimana mereka telah menjadi kafir, . . . Maka janganlah kamu jadikan siapapun di antara mereka sebagai orang-orang dekat, hingga mereka berhijrah pada jalan Allah. Maka jika mereka berpaling , tawan dan bunuhlah mereka di mana saja kamu menemuinya,” (QS An-Nisa 89)

www.laporanpenelitian.com

Dan kalau sekarang kata ‘kafir’ di sana ditafsirkan sebagai kaum non-muslim, menjadi wajar kan kalau ada seorang muslim berpikiran sempit menganggap Allah memerintahkan dia untuk membunuh kaum non-muslim?

Mereka yang terkejut dengan betapa ayat-ayat al Quran mengandung semangat kekerasan harus sadar bahwa ajaran Islam dibawa Nabi Muhammad dalam suasana perang dan konflik fisik yang berdarah-darah. Nabi Muhammad sendiri terlibat dalam sejumlah peperangan. Karena itu dalam Al Quran, lazim ditemukan perintah membunuh. Tapi itu semua harus dibaca dalam konteks tertentu. Apa yang ditulis dalam Al Quran bukanlah perintah yang harus dipatuhi secara literal sebagai hukum yang berlaku sepanjang zaman.

Sebagai contoh, perintah membunuh orang kafir di Al Baqarah 191 itu harus dibaca dalam konteks ketika Nabi Muhammad dan para pengikutnya diperangi musuh-musuhnya. Konteksnya adalah: membunuh atau dibunuh. Dan kaum kafir di sana tidak bisa diterjemahkan begitu saja sebagai kaum non-muslim. Kaum kafir di sana adalah mereka yang memerangi Nabi Muhammad di masa ayat itu turun. Di abad-abad berikutnya, ketika muslim dan non-muslim tidak hidup dalam suasana perang, ayat itu harus ditafsirkan ulang sesuai dengan konteks ruang dan waktu.

www.telenews.pk

Yang ingin saya katakan, kalau Al Quran dibaca dengan cara sempit, bisa dipahami kalau ayat-ayat Al Quran yang luhur itu menjelma menjadi buku panduan perang dan terorisme bagi kelompok-kelompok tertentu.

Karena itu, kuncinya menurut saya adalah pendidikan Islam.

Kalau Islam terus diajarkan oleh para pemuka yang mengajarkan umat untuk begitu saja mengikuti perintah mereka, untuk begitu saja menjalankan perintah dalam Al Quran secara apa adanya tanpa pemikiran kritis, tanpa ada dialog dan diskusi, Islam memang bisa menjelma menjadi ajaran yang menakutkan.

Sebaliknya, kalau Islam diajarkan oleh pemuka yang menekankan keberagaman penafsiran, yang menekankan penggunaan alam pikir untuk memahami ayat-ayat Al Quran, yang percaya pada dialog dan diskusi, Islam bisa menjadi ajaran yang membawa kesejahteraan bagi sekalian alam.

Ade Armando, penulis adalah alumni mahasiswa jurusan komunikasi di FISIP Universitas Indonesia


Sumber gambar sampul: www.pulse.ng
Share:

Friday 11 May 2018

Teroris Tidak Beragama?


Inspirasi Kita.com - Teroris itu beragama. Yang membuat mereka melakukan terorisme adalah interpretasi atas perintah agama yang mereka yakini.

INGAT, teroris memperjuangkan apa yang mereka yakini sebagai kebenaran. Kalau tidak beragama, apa yang mereka perjuangkan sampai-sampai rela dipenjara bahkan dieksekusi mati? Semangat beragama mereka justru menyala-nyala.

Sekarang pertanyaannya, mengapa mereka merasa memperjuangkan kebenaran, menjalankan perintah Tuhan? Karena memang ada ayatnya di dalam Alquran.

"Dan perangilah mereka, supaya jangan ada fitnah dan supaya agama itu semata-mata untuk Allah. Jika mereka berhenti (dari kekafiran), maka sesungguhnya Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan." (Alquran Surah Al Anfal :39)

Baca juga:
Problema Umat Islam Indonesia
Bagi kamu yang Pengen Cepet Kaya, Ada Baiknya Tips Cepat Kaya Ini!
Angin Puting Beliung Menggentayangi Jogja, Serem Bener Ihh

"Perangilah mereka, niscaya Allah akan menyiksa mereka dengan (perantaraan) tangan-tanganmu dan Allah akan menghinakan mereka dan menolong kamu terhadap mereka, serta melegakan hati orang-orang yang beriman" (Alquran Surah At Taubah :14)

news.okezone.com

"Hai orang-orang yang beriman, perangilah orang-orang kafir yang di sekitar kamu itu, dan hendaklah mereka menemui kekerasan daripadamu, dan ketahuilah, bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa." (Alquran Surah At Taubah :123)

"Hai Nabi, perangilah orang-orang kafir dan orang-orang munafik dan bersikap keraslah terhadap mereka. Tempat mereka adalah neraka Jahannam dan itu adalah seburuk-buruk tempat kembali." (Alquran Surah At Tahrim :9)

"Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak (pula) kepada hari kemudian dan mereka tidak mengharamkan apa yang telah diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya dan tidak beragama dengan agama yang benar (agama Allah), (yaitu orang-orang) yang diberikan Al Kitab kepada mereka, sampai mereka membayar jizyah dengan patuh sedang mereka dalam keadaan tunduk." (Alquran Surah At Taubah :29)

www.viva.co.id

Tapi kan, ayat itu turun sesuai konteks dan tidak bisa dipahami begitu saja? Ada penafsiran-penafsiran terhadap semua ayat, jadi tidak bisa ditelan bulat-bulat.

Tepat sekali! Itulah kenapa orang-orang yang mengambil ayat perang, ayat perintah bunuh munafik, musyrik, serta kafir, sampai ayat soal perintah berpakaian itu tanpa dipahami maksudnya disebut kaum TEKSTUAL, bukan KONTEKSTUAL. Mereka mengambil dan menerapkan dalil dari Alquran maupun hadist secara literal, harfiah, sama persis dengan yang ditulis. Kenapa? Karena mereka ingin menjaga kesucian ayat dari penafsiran manusia yang akalnya terbatas dan kotor ini. Setinggi apapun derajat manusia itu. Tidak ada yang bisa menyamai dan memahami Allah sepenuhnya. Jadi, jalankanlah saja seperti yang Allah perintahkan, jangan diubah-ubah sesuai persepsi dan hawa nafsu manusia.

Lalu bagaimana solusinya? Solusinya adalah tafsir. Karena tidak seperti skripsi atau kurikulum, kitab suci tidak bisa direvisi, tidak bisa diubah walau satu huruf pun. Oke, kita memang tidak bisa mengubah bunyi ayat-ayat bunuh, tapi kita bisa mengubah tafsirannya menjadi lebih manusiawi dan diterima oleh dunia, relevan dengan kemajuan zaman. Hal-hal inilah yang ditolak oleh kaum tekstualis.

www.reddit.com

Berarti oknum-oknum teroris kaum tekstualis itu memperburuk citra Islam. Islam kena getah kelakuan mereka.

Ya. Tentu saja.
Tapi... Jangan menggunakan standar ganda juga. Kalian mau citra Islam jadi baik, ramah, dan toleran kan? Tapi di saat yang sama, ustadz dan orang-orang yang menjalankan agama dengan lentur, moderat, damai, makrifat, jadi tarekat/sufi, membuat penafsiran yang lebih humanis terhadap dalil, kemudian mereka semua kalian cap dan kalian bully sesat, liberal, beragama setengah-setengah, bid'ah, syiah, munafikun, tidak kaffah, tidak syar'i.

Kalian memusuhi orang yang justru sedang berusaha menyelamatkan wajah Islam dari citra agama barbar dan kejam. Jadi sebeneranya kalian mau yang merepresentasikan Islam adalah kaum fundamental dan radikal seperti FPI, HTI, Ikhwanul Muslimin, bahkan teroris yang kalian sebut mujahidin pejuang agama itu?

Ya sudah. Terserah.
Berarti kalian satu kaum dengan mereka yang tidak peduli dengan apapun kecuali merasa tengah melakukan kebenaran.

Afi Nihaya Faradisa, penulis adalah mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta


Sumber gambar sampul: www.liputan6.com
Share:

Sunday 6 May 2018

Problem Umat Islam Indonesia


Inspirasi Kita.com - Salah satu problem mendasar (sebagian) umat Islam di Indonesia sehingga mudah sekali digiring kesana-kemari kayak BBB: Blekok Baris Berbaris adalah mereka tidak bisa membedakan mana Islam sebagai sebuah "doktrin dan ajaran" dan mana yang merupakan produk geo-kultural masyarakat Timur Tengah.

Akibatnya, banyak sekali terjadi kesimpang-siuran dimana yang "doktrin dan ajaran" Islam fundamental-universal diabaikan, sementara yang pernik-pernik produk geo-kultural Timur Tengah malah dijadikan sebagai ajaran normatif Islam dan dibela mati-matian.

Kenapa itu bisa terjadi? Karena para penyuplai diskursus keislaman (apakah itu bernama dai, ustad, khotib, dan sejenisnya) miskin sejarah sosial dan wawasan geo-kultural Timur Tengah. Mereka hanya tahu (sedikit maupun banyak) ayat ini-itu, hadis ini-itu, qaul ulama ini-itu. Sudah itu doang.

Baca juga:
Bagi Kamu yang Pengen Cepet Kaya, Ada Baiknya Baca Tips Cepet Kaya Ini!
Angin Puting Beliung Menggentayangi Jogja, Serem Bener Ihh
Sejarah Isro' Mi'roj Nabi Muhammad SAW dan Sejarah Pensyari'atan Sholat Lima Waktu

Karena "nol jumbo" sejarah sosial dan wawasan geo-kultural Timur Tengah, maka mereka kalau ngomong cenderung ngawur "Joko Sembung naik ojek", sama sekali tidak akurat, ilmiah, faktual, sosiologis, dan historis

islamidia.com

Pada saat yang sama, budaya masyarakat Muslim di Indonesia itu pada umumnya hanya sebatas "budaya mendengar" sehingga informasi apapun yang mereka dengar apalagi dari "ustad" langsung dimakan, dikunyah, dan ditelan, tanpa memperhatikan validitas, akurasi, dan rasionalitas informasi tersebut.

Malas membaca dan mencari informasi yang valid dan akurat itu membuat kaum Muslim gampang sekali dikibuli dan dibodohi oleh para petualang Islam, makelar agama, dai amatir, dan ustad odong-odong wudel bodong merk 212.

Pertinyiinnyi: memang bener sejumlah "ulama 212" menemui Pak Jokowi? Kalau bener, ini namanya ada "Partai Tuhan" menghadap "Partai Hantu". Jaga harga diri dan "martabat ketuhanan" dong cung, apa kata dunia entar bos.

Prof. Sumanto Al-Qurtuby, penulis adalah dosen Antropologi di King Fahd University of Potreleum & Minerals Arab Saudi


Sumber gambar: quran.masbadar.com



Share:

Tuesday 24 April 2018

Perjalanan Isro’ Mi’roj Nabi Muhammad SAW dan Sejarah Pensyari’atan Sholat Lima Waktu


Inspirasi Kita.com - Isro mi’roj adalah sejarah perjalanan yang menakjubkan. Hal ini telah Allah ceritakan dalam firmannya di Al- Qur’an. Kata isro sendiri berasal dari bahasa arab yang artinya perjalanan. Dikutip dari kitab tafsir Al Jalalain, al-isro bermakna perjalan di waktu malam hari. Sedangkan mi’roj berarti masa atau waktu perjalanan dari Baitul al Maqdis menuju ke Sidrotul al Muntaha. Secara lengkap isro mi’roj adalah sebuah perjalan di malam hari dari Masjid al Haram (Mekkah) menuju ke Masjid al Aqsho (Palestina) kemudian naik menuju ke Sidrotul al Muntaha. Ajaibnya perjalanan ini hanya dilakukan kurang dari satu malam.

Perjalanan yang sungguh diluar nalar ini benar adanya. Dalam perjalanannya Nabi menggunakan Buroq. Buroq yaitu makhluk melata yang berwarna putih, berukuran lebih besar daripada keledai namun lebih kecil dari kuda. Dikatakan juga dalam sebuah cerita, bahwa Buroq memiliki sayap. Dengan Buroq Nabi diantarkan dari Makkah ke Palestina.

Baca juga:
Hal-hal yang Dilakukan Cowok saat Galau, Kamu Harus Tahu
Hal-hal yang Dilakukan Cewek saat Galau, Kamu Harus Tahu
Alasan Mengapa Kamu Menikah Muda

Kemudian Allah menaikkannya menuju Sidrul al Muntaha. Sebelum menuju ke langit, Nabi terlebih dahulu sholat dua rakaat di Baitul al Maqdis (Palestina). Di temani malaikat Jibril Nabi menuju ke langit dunia ( langit pertama). Kemudian Jibril membuka pintu langit, ditanya sang penjaga langit pertama. “Siapa kamu?” Jibril menjawab “Jibril”. Ditanya lagi “siapa yang bersamamu?” kemudian ia menjawab “Muhammad Rosulullah”. Di langit pertama inilah Nabi bertemu dengan Nabi Adam. Nabi Adam pun mendoakan Nabi dengan kebaikan.

tibbits.org

Nabi dan Jibril pun naik lagi menuju langit kedua. Sama seperti di langit pertama. Sambutan dan pertanyaan dari sang penjaga pintu selalu dijawab oleh Jibril layaknya ia menjawab pertanyaan pertama. Dilangit kedua Nabi bertemu dengan nabi Yahya dan Isa. Lanjut lagi naik ke langit ke tiga. Nabi bertemu dengan nabi Yusuf. Naik terus menuju ke langit empat. Nabi bertemu dengan nabi Idris. Perjalanan yang begitu menyejukkan. Menuju langit ke lima, Nabi yang terus ditemani Jibril bertemu nabi Harun di dalamnya. Tak sampai disitu, Nabi melanjutkan perjalanannya menuju ke langit enam hingga beliau bertemu dengan nabi Musa. Pada akhirnya Beliau terus naik dan sampai kelangit tujuh. Nabi menemukan sosok nabi Ibrahim yang sedang bersender di Bait al Makmur. Perlu diketahui Bait al Makmur adalah tempat tawafnya para malaikat. Yang konon katanya tempat ini berada di atas Ka’bah persis. Setiap hari 70.000 malaikat memasuki Bait al Maqdis tanpa pernah ada yang keluar. Masyaallah .

Tak cukup sampai itu, Jibril mengajak Nabi naik lagi hingga sampailah Nabi ke tempat yang namanya Sidrotul al Muntaha . di sinilah Nabi mendapat wahyu pensyariatan. Allah memerintahkan kepadanya dan umatnya peribadahan berupa sholat lima puluh kali dalam sehari. Tanpa meminta apapun Nabi turun. Bertemulah Beliau dengan Nabi Musa. Ditanya “Apa yang Tuhan perintahkan padamu dan umatmu?” Nabi menjawab “Allah telah memerintahkan sholat lima puluh kali setiap hari”. Mendengar itu Nabi Musa meminta Nabi untuk naik kembali meminta keringanan. “Naiklah! Mintalah keringan pada Allah. Karena umatku saja yang kuat pun tak sanggup melakukannya,” ujar nabi Musa. Nabi kemudian naik dan meminta keringanan. Allah memberikan keringanan,hingga di kurangilah jumlah sholat itu menjadi empat puluh lima. Turun bertemu nabi Musa lagi dan ditanya seperti sebelumnya. Nabi menjawab “Allah menguranginya lima rakaat”. “Kembalilah!” suruh nabi Musa lagi. Hal itu berlangsung berulang-ulang . berkurang lima, lima, lima, hingga Allah berkata “ Hai Muhammad, cukuplah bagimu dan umatmu sholat lima kali sehari semalam dengan setiap sholatnya sepuluh rakaat”. Kemudian Nabi turun membawa berita itu. Sesampainya bertemu nabi Musa , masih saja nabi Musa meminta Nabi untuk meminta keringan. Hinggga finalnya, Allah mengabulkan permintaan Nabi. Andaikan bukan karena Nabi Muhammad SAW, sungguh berat syariat sholat itu.

medium.com

Setelah mendapatkan wahyu, Nabi turun dengan terus berdoa dan akhirnya menjadikan doa tersebut selalu kita lafadkan dalam sholat kita. Doa tahiyyat dan sholat lima waktu adalah buah perjalanan ajaib Nabi. Pensyariatan sholat turun kepada kita berkat Nabi. Sholat yang hanya lima kali sehari adalah hasil negosiasi lembut seorang Tuhan dengan kekasihnya. Jelaslah sudah, betapa Nabi berkorban demi umat. Karena Nabi tau, mana yang berat bagi kita dan yang mampu kita lakukan. Begitulah Nabi, kelembutan dan kasih sayangnya kepada umat tak pernah susrut darinya. Allahumma sholli ala sayyida Muhammad.

Cerita ini saya kutip dari kitab tafsir jalalen, semoga bermanfaat

Dwi Ariya Gunawan, penulis adalah alumni Pondok Pesantren Raudlatul Ulum Guyangan Trangkil Pati


Sumber gambar sampul: bersamadakwah.net
Share:

Friday 2 September 2016

Kelemahan Sistem Full Day School dan Diskursusnya terhadap Budaya Bangsa



   
Inspirasi Kita, Tulisan saya kali ini cukup serius gaes. Saya sarankan, sediakan es teh dan camilan agar tetap enjoy membacanya. Atau paling tidak melakukan gerakan merileks-kan badan merupakan ide bagus. Selamat membaca. Salam Inspirasi!!

Wacana sekolah seharian penuh (Full Day School) yang digagas oleh Kemendikud mendapat tanggapan pro dan kontra dari masyarakat meski sistem sekolah ini telah mendapat perhatian dari presiden.

Kalangan masyarakat yang menyatakan pro, ini merupakan terobosan apik dari pemerintah terhadap sistem pendidikan di Indonesia. Sebab dengan adanya sistem tersebut jam belajar siswa relatif panjang di sekolahan. Ini membuat  kegiatan siswa akan lebih terpantau, serta mengarah ke kegiatan yang positif.
     
Sebaliknya, sebgian besar lagi masyarakat menolak  wacana sekolah seharian penuh. Dengan menambah intesitas waktu, tentu akan menyebabkan siswa kelelahan. Sehingga jam tambahan ini malah kurang efektif. Belum lagi masalah  kesiapan fasilitas sekolah serta guru yang minim pengalaman. Belum lagi sekolah-sekolah di daerah pedesaan.


tabloidsophia.com

Sekolah sehari penuh memang baru wacana yang digulirkan pemerintah. Mungkin saja direalisasikan, bisa juga  hanya sebuah langkah pemerintah untuk meminta pendapat publik saja. Perlu kajian yang lebih serius lagi untuk diterapkan, untuk mengetahui tepatkah diterapkan di Indonesia, berdasarkan aspek budaya, geografis, demografi dan kondisi ekonominya. Pemerintah tidak boleh mengadopsi sistem dari luar negeri kemudian langsung menerapkan di Indonesia.  

Mari kita cermati wacana Ful Day School ini. Seorang siswa harus belajar di sekolahan lebih panjang dari biasanya. Dari jam 07.00 hingga 17.00. Padahal secara keseluruhan sekolah-sekolah di Indonesia masih terpaku pada satu aspek akademik atau kognitif semata, sebagai tolak ukur keberhasilan pendidikan. Bukan pengetahuan yang bertambah, melainkan kejenuhan bahkan stress akan meningkat.
     
Hal ini menyalahi amanah Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang tujuan pendidikan nasional. “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakawa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis sert bertanggung jawab. Dengan kata lain, sisi-sisi lain peserta didik seperti afektif dan psikomotorik tidak boleh terbengkalai. Sedangkan peserta didik butuh dunia yang lebih luas guna mengembangkan potensinya.
     
www.dutadamai.id

Sepintas Full Day School dapat dikatagorikan sebagai implemenasi penidikan karakter yang sedang digiatkan oleh pemerintah. Bahkan sesuai dengan revolusi mentalnya Pak Jokowi. Sebab sistem sekolah seperti ini terlihat mampu meminimalisir anak dari aktivitas negatif, seperti bermain secara berlebihan, bersosialisasi dengan lingkungan yang kurang baik atau  bahkan melakukan tindak kriminal hingga terjebak seks dan narkoba.
     
Perlu kita amati dan cermati, bukankah bila anak seharian belajar di sekolahan justru akan mengurangi waktu bersosialisasi dengan lingkungannya. Kurang mampu mengembangkan skill yang dimilikinya. Bahkan dapat membunuh kreativitas anak. sebab hanya dihadapkan pada ruang dan waktu yang sama. Padahal karakter manusia terbentuk melalui ruang dan waktu yang tak terbatas. Apalagi bangsa kita merupakan bangsa timur. Masih memegang adat dan budaya yang bermacam-macam serta heterogen.

Diskursus terhadap Fungsi dan Budaya Bangsa  
Maka dari itu, perlu kita kembalikan lagi tujuan diadakannya sekolah sebagai penunjang pendidikan nasional. yakni mendidik manusia menuju kesmpurnaan. Menumbuh kembangkan potensi peserta didik baik itu aspek kognitif, psikomotorik atau pun afektif.

 nazarul14.files.wordpress.com
Dan tak boleh kita lupakan, sekolah bukan satu-satunya institusi pendidikan. Sekolah merupakan tempat pembekalan serta simulasi  peserta didik untuk menyongsong masa depan, membantu mengatasi problem kehidupan baik individu maupun sosial. Oleh sebab itu, keterlibatan peserta didik dalam lingkungan masyarakat luas sangat penting. Peserta didik merupakan subjek aktif  di dalam jejaring masyarakat, karena ia memiliki peran masing-masing yang tentu akan berakibat tidak baik bila terjadi perpisahan yang menyebabkan keterasingan peserta didik itu sendiri.
     
Di dalam masyarakat terdapat fungsi sosial dan keluarga, Sehingga kalau fungsi ini tercerabut, akan mengakibatkan dampak kurang baik bagi perkembangan peserta didik. Kedua fungsi ini mempunyai norma dan nilai-nilai tersendiri. Sekolah sebagai kompenen yang hadir di tengahnya justru harus mampu menjadi jembatan antara fungsi keluarga dan sosial bukan malah menyekatnya.
     
Untuk saat ini yang terpenting meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan yang mengacu pada amanat Undang-Undang yang berprinsip pancasila.  Berikanlah peserta didik porsi waktu untuk belajar pada fungsi keluarga dan sosial masyarakat. Sehingga terbentuklah sumber daya manusia yang beritegritas, beretos kerja, tetap melestarikan gotong-royong dan memahami budaya sebagai ciri khas bangsa Indonesia. Dan akhirnya memiliki karakter. Maka pemahaman pendidikan yang  holistik sangat diperlukan di sini.
     
Terakhir coba kita renungkan bagaimana induk ikan melatihnya untuk hidup di air. Induk ikan tidak pernah mengajarkan banyak hal untuk hidup di air, sebab air adalah habitat ikan itu sendiri.
    
Baca juga Teori-Teori Belajar!!


Sumber gambar sampul: Tempo.co
    
Share:

Featured Post

Mitos-mitos yang Sering Kita Dengar Pas Kita Kecil Dulu Part I

Waktu kita kecil dulu kita pasti sering dengar mitos yang dikatakan oleh orang tua kepada kita. Entah mitos itu tujuannya untuk mengontro...

Visitors